BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Payung Butut (disingkat PB) merupakan novelet berbahasa Sunda karya Ahmad Bakri. Novelet Payung Butut karya Ahmad Bakri merupakan salah satu karyanya yang mendapat penghargaan dari IKAPI Jawa Barat pada tahun 1967. Karya-karya Ahmad Bakri memiliki keunggulan dibandingkan dengan karya pengarang lainnya, misalnya dalam pemilihan diksi dan narasi, ia memiliki ciri khas tersendiri. Ahmad Bakri selalu menggunakan bahasa sehari-hari, sehingga tampak akrab. Setiap karyanya diselingi dengan humor-humor segar, sehingga tanpa disadari oleh pembaca, bahwa didalamnya terkandung ajaran kehidupan. Yang berupa kritik terhadap masyarakat, serta ajaran budi pekerti yang baik.
Novelet PB menceritakan tentang status sosial tokoh utama Raden Muhammad Ilyas terhadap lingkungan masyarakatnya. Raden Muhammad Ilyas merupakan naib baru di Desa Ciwaru. Ia digambarkan sebagai tokoh yang sombong oleh keturunan. Hal itu diperlihatkannya dengan menceritakan leluhurnya dan saudara-saudaranya yang keturunan ningrat. Ia mempunyai pandangan berbeda terhadap kaum ningrat dan kaum rakyat jelata. Pandangan berbeda itu direalisasikannya dengan menolak lamaran dua orang pemuda. Keduanya ditolak karena mereka bukan keturunan ningrat. Ia beranggapan bahwa keturunan adalah segalanya. Namun, hal itu tidak ada gunanya ketika anak pertamanya Neng Ebah jatuh sakit dan kekurangan banyak darah. Samsu dan yang lainnya menolak mendonorkan darah ketika Bapak Naib meminta pertolongan mereka. Mereka merasa darah mereka hanyalah darah rakyat jelata. Bapak Naib sangat malu mendengar perkataan seperti itu. Ia ingin marah namun tidak bisa karena menyadari semua kesalahannya selama ini. Akhirnya ia meminta maaf kepada Samsu dan yang lainnya dan mengakui semua kesalahannya selama ini. Anggapannya bahwa keturunan adalah segalanya ternyata salah besar. Yang diperlukan setiap orang dalam kehidupannya adalah kebersamaan di antara sesamanya. Dan kesombongan seseorang karena mempunyai leluhur seorang ningrat sudah bukan jamannya lagi.
Hal menarik dari novelet PB adalah penggunaan kata-kata khas yang menunjukan status sosial. Setiap kata-kata khas itu mempunyai makna yang menunjukan kepada tokoh utama sebagai seorang ningrat. Untuk mengungkap makna itu harus dilakukan penelitian dan pemahaman pada teks PB. Dengan menggunakan pendekatan struktural semiotik dianggap dapat mengungkap makna teks PB.
Karya-karya Ahmad Bakri dianalisis secara khusus oleh Hartati mahasiswa Sastra Daerah (Sunda) angkatan 1982 dengan judul “Tema dalam Karya-Karya Ahmad Bakri”. Sepuluh karya Ahmad Bakri itu adalah sebagai berikut: novel Potret (1986), novelet Nu Sengit Dipulang Asih, novelet Srangenge Surup Manten (1968), novelet Sodagar Batik (1980), novelet Payung Butut (1968), novelet Rajapati di Pananjung (1985), novelet Mayit dina Dahan Jengkol (1986), novelet Lebe Kabayan (1987), cerpen Ki Merebot (1987). Skripsi itu pada pokoknya menguraikan tema dalam sepuluh karya Ahmad Bakri dan amanat pengarang. Hartati (1982) menyimpulkan bahwa (1) tema dalam 10 karya Ahmad Bakri kebanyakan diangkat dari masalah sosial, dengan mempertentangkan antara kebaikan dan kejahatan, (2) dalam 10 karya Ahmad Bakri, selalu disodorkan alternarif, bahwa yang berbuat baik akan mendapat kebahagiaan, dan sebaliknya yang berbuat jahat akan mengalami kesengsaraan. Perbuatan baik dan jahat dipertentangkan seolah-olah berujung sesuai dengan realitas kehidupan, (3) ajaran moral (amanat) dalam 10 karya Ahmad Bakri kebanyakan disampaikan secara tersirat. Sedangkan garapan yang akan dilakukan peneliti pada novelet PB meliputi pemaknaan novelet PB melalui pemaknaan semiotika Riffaterre.
1.2 Batasan Masalah
Dalam pembahasan ini, masalah yang akan dikemukakan adalah analisis semiotik dalam novelet Payung Butut. Adapun masalah-masalah yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah:
(1) Bagaimana makna novelet Payung Butut karya Ahmad Bakri melalui pembacaan Heuristik dan Hermeneutik?
(2) Bagaimana Matriks, Model, dan Varian-varian dalam novelet Payung Butut karya Ahmad Bakri?
(3) Bagaimana Hipogram novelet Payung Butut karya Ahmad Bakri?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini :
1.3.1 Tujuan Umum
(1) Untuk memenuhi syarat kelulusan.
(2) Untuk meningkatkan pengetahuan serta memelihara dan melestarikan karya-karya sastra Sunda.
1.3.2 Tujuan Khusus
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:
(1) Mendeskripsikan makna novelet Payung Butut karya Ahmad Bakri melalui pembacaan Heuristik dan Hermeneutik.
(2) Mendeskripsikan Matriks, Model, dan Varian-varian dalam novelet Payung Butut karya Ahmad Bakri.
(3) Mendeskripsikan Hipogram novelet Payung Butut karya Ahmad Bakri.
1.4 Landasan Teori
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori semiotika yang dikemukakan oleh Riffaterre yang terdapat dalam buku Transformasi Akhlak Dalam Sastra: Robohnya Surau Kami (Mukmin, 2005). Dalam buku tersebut, Riffaterre mengatakan bahwa untuk mencari makna karya sastra, perlu diperhatikan fenomena di dalamnya. Sebagai gejala semiotik, karya sastra merupakan fenomena dialektika antara teks dan pembaca.
Menurut Riffaterre (dalam Pradopo, 2001:4) mengemukakan empat pokok yang harus diperhatikan: (1) ketaklangsungan ekspresi, (2) pembacaan heuristik dan retroaktif atau hermeneutik, (3) matriks, model, dan varian-varian, dan (4) hipogram (hubungan intertekstual).
Riffaterre (1978:1-2) mengemukakan bahwa karya sastra merupakan ekspresi tidak langsung, yaitu menyatakan suatu hal dengan maksud lain. Ketidaklangsungan itu disebabkan oleh (1) penggantian arti (displancing of meaning) berupa penggunaan metafora dan metomini (bahasa kiasan), (2) penyimpangan arti (distorting of meaning) berupa penggunaan kontradiksi, ambiguitas, dan nonsen, dan (3) penciptaan arti (creating of meaning) berupa pengorganisasian ruang teks, seperti sajak, tipografi, dan enjambemen.
Penelitian ini menggunakan teori semiotik Riffaterre karena teori ini dianggap dapat mengungkap makna tanda-tanda yang terkandung di dalam novelet PB. Dengan empat pokok konsep Riffaterre yaitu ketaklangsungan ekspresi, pembacaan heuristik dan hermeneutik, pengidentifikasian matriks, model, dan varian, dan pencarian hubungan intertekstual merupakan langkah yang akan ditempuh peneliti untuk mengungkap makna yang terkandung dalam novelet PB.
1.5 Metodologi
1.5.1 Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan menggunakan data kepustakaan. Metode deskriptif adalah cara untuk memecahkan masalah yang aktual dengan jalan mengumpulkan, menyusun, mengklasifikasikan, menganalisis, dan menginterpretasikan data (Winarno, dalam Ampera, 2002). Metode deskriptif ini digunakan untuk menggambarkan secara sistematis data-data faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antarfenomena yang terdapat pada objek kajian.
Titik tolak pengamatan berdasarkan interpretasi peneliti setelah menganalisis sumber data yang akan diteliti. Dengan cara ini peneliti mendapatkan gambaran yang diinterpretasikan dari sumber data.
1.5.2 Metode Kajian
Metode kajian yang digunakan dalam analisis data adalah kajian semiotika Riffaterre. Ia memandang bahwa karya sastra sebagai gejala semiotik. Langkah-langkah yang harus dilakukan untuk memperoleh makna dalam karya sastra yaitu:
(1) pembacaan heuristik dan hermeneutik terhadap novelet PB,
(2) pencarian matriks, model, dan varian-variannya, dan
(3) pencarian hipogram atau hubungan intertekstualnya.
Dalam pembacaan heuristik, pembaca melakukan interpretasi secara referensial melalui tanda-tanda linguistik. Pada tahap ini, pembaca diharapkan mampu memberi arti terhadap bentuk-bentuk linguistik yang mungkin saja tidak gramatikal (ungrammatical). Pembacaan ini berasumsi bahwa bahasa bersifat referensial, dalam arti bahwa bahasa harus dihubungkan dengan hal-hal yang nyata (Riffaterre,1978:4-6). Pada tahap ini, pembaca menemukan arti (meaning) secara linguistik berdasarkan kemampuan linguistik pembaca (Abdullah, 1988:14-15). Melalui pembacaan heuristik, diketahui secara kronologis yang seolah-olah benar-benar realitas yang terjadi di dalam masyarakat.
Proses pemaknaan sebenarnya terjadi dalam pikiran pembaca. Hal ini merupakan hasil pembacaan hermeneutik. Pembacaan hermeneutik merupakan pembacaan ayng lebih tinggi dan kompleks. Pembaca melakukan pembacaan teks secara bolak-balik, dari awal hingga akhir, dengan memodifikasi pemahaman terhadap peristiwa-peristiwa dalam teks yang baru diabaca dan pemahaman terhadap peristiwa-peristiwa yang telah dibacanya (Riffaterre, 1978:4-6). Tahap pembacaan ini merupakan interpretasi tahap kedua yang bersifat retroaktif yang melibatkan banyak kode di luar bahasa sehinnga pembaca dapat mengungkapkan makna (significance) teks sebagai sistem tanda (Riffaterre, 1978:2). Hasil pembacaan heuristik dan hermeneutik itu, digunakan sebagai bahan analisis untuk menetukan matriks, model, dan varian-varian novelet PB.
Hasil pembacaan heuristik dan hermeneutik itu, digunakan sebagai bahan analisis untuk menentukan matriks, model, dan varian-varian novelet PB. Prinsip intertekstual merupakan suatu fase yang harus dilewati oleh pembaca dalam menemukan makna semiotik (Chamamah-Soeratno, 1991:19). Untuk mengemukakan hubungan intertekstual antara novelet PB dengan hipogramnya, dilakukan dengan metode intertekstual, yaitu membandingkan, menjajarkan, dan mengkontraskan novelet PB sebagai teks transformasi dengan hipogramnya.
6. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah novelet Payung Butut karya Ahmad Bakri yang diterbitkan oleh Rahmat Cijulang tahun 1991 cetakan ke-III.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar