PREFIKS PA- DAN KOMBINASINYA
DALAM BAHASA SUNDA
1. Latar Belakang Masalah
Afiks mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembentukan kata bahasa Sunda. Karena bahasa Sunda tergolong pada sistem aglutinasi. Dalam bahasa tipe ini pembubuhan suatu kata dilakukan dengan cara membubuhkan afiks pada bentuk dasarnya. Pembubuhan afiks tersebut dapat menimbulkan makna yang berbeda, bahkan kelas kata baru. Seperti pada data berikut ini.
(1) Patani keur macul di sawah.
Petani sedang mencangkul di sawah.
‘Petani sedang mencangkul di sawah.’
(2) Imah kuring jeung imah manehna téh padeukeut.
Rumah saya dan rumahnya (partikel) berdekatan.
‘Rumah saya dan rumahnya berdekatan.’
Pada data di atas terdapat kata patani ‘petani’ (1) yang merupakan hasil bentukan prefiks Pa- dan verba ‘tani’ dan membentuk kata turunan menjadi patani yang menyebabkan adanya perpindahan kelas kata baru yakni dari verba ke nominal dan memiliki makna sebagai persona (pelaku). Sedangkan kata padeukeut ‘berdekatan’ hasil bentukan prefiks Pa- dan adjektiva ‘deukeut’ (2) yang membentuk kata turunan menjadi padeukeut yang memiliki makna jarak dan menduduki kelas kata adverbial. Kata patani dan padeukeut mengalami proses derivasional, karena hasil bentukan dari prefiks pa dan tani kemudian prefiks Pa- dan deukeut menyebabkan perpindahan kelas kata baru yakni dari kelas kata verba ke nominal dan kelas kata adjektiva ke adverbial.
Prefiks Pa- selain berfungsi membentuk dan menunjukkan nomina serta menunjukkan adverbial, berfungsi pula menunjukkan verba resiprokal apabila prefiks Pa- digabungkan dengan bentuk dasar kategori verba, seperti terlihat pada data berikut.
(3) Kuring geus lila teu patanya jeung manehna.
Saya sudah lama tidak bertegur sapa dengan Dia.
‘Saya sudah lama tidak bertegur sapa dengan Dia.’
Pada data di atas terdapat kata patanya ‘bertegur sapa’ yang merupakan hasil bentukan dari prefiks Pa + verba tanya. Kata Pa + tanya membentuk kata turunan menjadi patanya yang memiliki makna saling berbalasan dan menduduki kelas kata verba resiprokal. Kata patanya tidak mengalami proses derivasional melainkan proses inlfeksional karena hasil bentukan prefiks Pa- dan tanya tidak mengalami perpindahan kelas kata yakni kelas kata verba.
(4) Ari jadi jelema kudu boga pamilih.
Jika jadi orang harus punya pilihan
‘Jika menjadi orang, harus punya pilihan.’
(5) Jam ieu paméré Emang Kuring.
Arloji ini pemberian Paman Saya.
‘Arloji ini pemberian Paman Saya.’
Kata patani, padeukeut, dan patanya merupakan contoh bentuk dasar yang dapat bergabung dengan prefiks Pa-, tetapi apakah kategori dan maknanya sama seperti pamilih dan paméré?, dan bagaimanakah pembentukan proses pembentukan pada prefiks Pa- yang mengalami proses Infleksional dan proses derivasional. Beranjak dari permasalahan tersebut, secara spesifik penulis tertarik meneliti tentang proses morfemis dalam bahasa Sunda, khususnya prefiks Pa-.
Sepengetahuan penulis, secara khusus masalah prefiks Pa- sudah dibahas oleh Djajasudarma & Abdulwahid (1987) serta Djajasudarma (1993) dalam Tata Bahasa Sunda, T J. Kats & M. Soeriadiradja (1982) Tata Bahasa dan Ungkapan Bahasa Sunda dan R.H Robins (1983) dalam Sistem dan Struktur Bahasa Sunda tetapi masih bersifat umum. Selain itu, pernah dibahas juga oleh Aang Karyana (1992) dalam skripsinya yang berjudul Resiprokal Dalam Kalimat Bahasa Sunda, tetapi hanya membahas kombibasi afiks Pa- + -an serta kombinasi afiks pa- + dan reduplikasi yang memiliki makna resiprokal ‘saling berbalasan’. Dalam penelitian ini penulis akan menguraikan prefiks Pa- dan kombinasinya secara menyeluruh sebagai afiks. Dengan demikian penelitian ini memfokuskan masalah struktur morfologi, khususnya mengenai afiksasi. Akan tetapi, mungkin saja secara tidak sengaja terdapat hal yang sama, namun dalam menganalisisnya berbeda.
2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, masalah penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Bentuk dasar apa saja yang dapat bergabung dengan prefiks Pa- dan kombinasinya?
2. Kategori apa saja yang dapat dihasilkan prefiks Pa- dalam membentuk kata turunan (kompleks)?
3. Makna gramatikal apa saja yang dihasilkan prefiks Pa- dan kombinasinya?
3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Mendeskripsikan kelas kata yang dapat bergabung degan prefiks Pa- dan kombinasinya.
2. Mendeskripsikan bentukan yang dihasilkan dari proses penggabungan dengan prefiks Pa- dan kombinasinya.
3. Mendeskripsikan makna gramatikal yang dihasilkan dari prefiks Pa- dan kombinasinya.
4. Kerangka Teori
Teori yang dijadikan landasan pengkajian dalam penelitian ini adalah teori-teori yang dikemukakan oleh Djajasudarma & Abdulwahid (1987 & 1994) mengenai teori striktural, Kridalaksana (1992) mengenai pembentukan kata, Djadjasudarma (1994) mengenai makna, dan R.H Robins mengenai Sistem dan Struktur Bahasa Sunda sebagai teori pendukung digunakan pula teori morfologis dari Ramlan (1985). Teori-teori tersebut yang penulis jadikan rujukan dalam mengkaji data.
5. Metodologi
1.5.1 Metode Penelitian dan Teknik Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Maksudnya dibuat gambaran, lukisan serta semantik, faktual, dan akurat mengenai data-data, sifat-sifat, serta hubungan fenomena-fenomena yang diteliti (Djajasudarma, 1992:10).
Teknik yang digunakan dalam penelitian adalah pencatatan.dengan langkah-langkah sebagai berikut; (1) Studi kepustakaan, yakni membaca literatur-literatur yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. (2) Penginventarisasian data, yakni mengumpulkan data dari sumber data yang memadai, termasuk menambahkan data buatan dari berbagai sumber yang memuat prefiks pa-. (3) Penyeleksian data, yakni menyeleksi data yang terkumpul berdasarkan sifat atau ciri setiap kata. (4) Pengklasifikasian data, yakni mengklasifikasikan data-data yang telah diseleksi menurut kategorinya dan memilih makna secara leksikal karena objek penelitian berupa kata. (5) Penganalisisan data, yakni analisis prefiks Pa- dan kombinasinya, dalam bahasa Sunda. (6) Penyimpulan, yakni menyimpulkan hasil penganalisisan data yang merupakan simpulan dari hasil penelitian.
1.5.2 Metode Kajian dan Teknik Kajian
Metode kajian yang digunakan adalah metode kajian distribusional, yaitu metode kajian yang menggunakan unsur penentunya bahasa itu sendiri. Selain itu data dikaji berdasarkan unsur penentunya dari bahasa itu sendiri. Selain itu data dikaji berdasarkan fungsi dan makna. Teknik kajian yang digunakan dalam penelitian ini adalah adalah teknik top down, yaitu teknik yang menggunakan analisis turun dari bentuk kata jadiannya sampai bentuk kata dasar (operand), dan kajian ini bersifat membedah (mengkaji unsur sebagai produk). (Djajasudarma, 1993:61). Berikut contoh analisis data dengan menggunakan teknik kajian top down.
Patémbalan
Pa- témbalan
témbal -an
prefiks operand sufiks
Dari data di atas terjadi proses perubahan langsung. Patémbalan ‘saling berbalasan’ terbentuk dari operand témbal ‘balas’ dengan kombinasi afiks Pa- + -an, yang membentuk kata turunan menjadi patémbalan ‘salig berbalasan’. Hasil bentukan témbal ‘balas’ dengan kombinasi afiks Pa- + -an mengalami proses infleksional karena tidak mengalami perubahan kelas kata yakni verba. Namun, proses pembentukan kata turunan tersebut menghasilkan makna resiprokal. Bentuk dasar kategori verba tertentu dan mendapat imbuhan melalui kombinasi afiks pa- + -an akan memiliki makna perbuatan itu dilakukan saling berbalasan.
6. Sumber Data
Dalam penelitian ini penulis mengambil data secara acak dari bahasa tulis, bahasa lisan dan data buatan. Bahasa tulis yang penulis gunakan sebagai sumber data adalah media masa berbahasa Sunda seperti Manglé, Cupumanik dan Koran Sunda, karena media cetak tersebut masih diterbikan dan dipergunakan oleh khalayak ramai. Bahasa lisan digunakan untuk menguji data dari penutur asli (informan). Sedangkan data buatan digunakan untuk melengkapi data yang dianggap masih kurang.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar