BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Verba mempunyai kedudukan utama diantara kelas kata yang lainnya, bukan hanya karena perannya dalam kalimat melainkan juga karena kekayaan bentuk-bentuknya (Djajasudarma, 1994:108). Verba bahasa Sunda dalam kalimat biasanya menduduki fungsi predikat karena pada dasarnya verba menggambarkan tingkah laku atau pekerjaan suatu nomina. Ciri morfologis dari verba bahasa Sunda biasanya mengalami prefiks N- (nasal). Ciri sintaksisnya adalah verba dapat bergabung dengan partikel (hen) teu ’tidak’ atau tara ’tidak pernah’ dalam membentuk negasi, misalnya : henteu panggih ’tidak bertemu’, henteu dahar ’tidak makan’, tara mandi ’tidak pernah mandi’, dan tara leumpang ’tidak pernah jalan’. Untuk mendapatkan suatu sistem bahasa yang benar dan sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa, haruslah melalui suatu proses pembentukan kata. Pembentukan kata tersebut meliputi 3 macam, yaitu afiksasi (pengimbuhan), reduplikasi (pengulangan), dan komposisi (pemajemukan).
Pembagian bahasa Sunda secara semantik dapat pula dilakukan dengan mengikuti pembagian verba ke dalam verba dinamis dan verba statif. Verba dinamis bahasa Sunda adalah verba yang dapat bergabung dengan partikel eukeur ’sedang’ sedangkan verba statif adalah verba yang tidak dapat bergabung dengan partikel eukeur ’sedang’ (Djajasudarma, 1994:95). Tetapi ketentuan itu, tidak selamanya berlaku sebab adakalnya di dalam bahasa Sunda verba dinamis tidak dapat bergabung dengan partikel eukeur ’sedang’. Lebih lanjut (Djajasudarma, 1986:45) menjelaskan bahwa pengertian ”statif” menunjukkan pada keadaan yang tetap atau bersifat abstrak atau dalam pikiran, sedangkan ”dinamis” menunjukkan, misalnya kala dan aspek dalam menyatakan suatu tindakan, aktivitas, kesementaraan atau perubahan keadaan.
Penelitian tentang verba transisional pernah dilakukan oleh Cece Sobarna (1988) melalui Kajian Upaya Keaspekan Melalui Makna Inheren Verba dan Proses Morfemis di dalam Bahasa Sunda dan Verba (l) Berkomplemen di dalam Bahasa Sunda (1998/1999). Penelitian ini belum tuntas mengkaji, antara lain makna secara semantis, padahal hal itu sangat menarik. Perhatikan contoh berikut ini :
1.2 Identifikasi Masalah
1.3 Tujuan Penelitian
1.4 Metode Penelitian
1.4.1 Metode dan Teknik Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Maksudnya dibuat gambaran, lukisan serta semantik, faktual, dan akurat mengenai data-data, sifat-sifat, serta hubungan fenomena-fenomena yang diteliti (Djajasudarma, 1993:10). Metode ini dipilih dengan tujuan untuk memecahkan masalah, melalui pengumpulan data, pengklasifikasian, penyusunan dan penganalisisan.
Teknik penelitian yang digunakan adalah pencatatan. Dengan melalui langkah-langkah sebagai berikut :
(1) Studi kepustakaan adalah mengumpulkan dan membaca majalah-majalah berbahasa Sunda serta membaca literature-literature yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.
(2) Pengumpulan data, adalah mengumpulkan data-data dari sumber yang telah ditentukan.
(3) Penyeleksian data, adalah menyeleksi data yang telah terkumpul berdasarkan sifat atau ciri setiap kata.
(4) Pengklasifikasian data, adalah mengelompokkan data-data yang telah diseleksi menurut kategorinya, jenis, sifatnya dan memilih makna secara leksikal karena objek penelitian berupa kata.
(5) Penganalisisan data, adalah menganalisis perpindahan kelas kata verba denomina (l) dalam bahasa Sunda hasil reduplikasi.
(6) Penyimpulan hasil penelitian, adalah menyimpulkan seluruh hasil yang diperoleh pada proses penganalisisan.
1.4.2 Metode dan Teknik Kajian
Metode kajian yang digunakan adalah metode kajian distribusional, yaitu metode kajian yang menggunakan unsur penentunya bahasa itu sendiri (Djajasudarma, 1993:60). Selain itu data dikaji berdasarkan unsur penentunya dari bahasa itu sendiri, data dikaji berdasarkan unsur penentunya dari bahasa itu sendiri, data dikaji berdasarkan fungsi dan makna. Teknik kajian yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik morfologis bottom up, yaitu dari bentuk dasar naik pada stem (bentukan untuk bentuk selanjutnya sampai pada bentuk yang diinginkan (Djajasudarma, 1994:61). Berikut contoh analisis data dengan menggunakan teknik kajian bottom up, untuk dapat mengetahui bentuk dasar yang dapat bergabung dengan verba (L) reduplikasi dalam bahasa Sunda berikut contoh di bawah ini :
1.5 Kerangka Teori
Teori yang diterapkan dalam penelitian ini merupakan suatu gabungan (eklektik), artinya penelitian ini tidak bertumpu pada teori tertentu, tetapi berpegang pada beberapa teori yang dianggap cocok dan sejalan dengan tujuan penelitian ini. Penelitian ini menggunakan teori berupa teori-teori yang telah dikemukakan oleh para ahli bahasa Sunda maupun bahasa Indonesia, dalam bidang linguistik. Oleh karena itu, teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori-teori yang penulis jadikan rujukan dalam mengkaji reduplikasi khususnya verba (L) reduplikasi di antaranya teori yang dikemukakan oleh Djajasudarma & Abdulwahid (1987 & 1994) tentang reduplikasi khususnya tentang verba (L) reduplikasi, Kridalaksana (1994) mengenai pembentukan kata dan Djajasudarma (1999) mengenai makna.
1.6 Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini, bersumber pada data tertulis dan data lisan. Data tertulis diambil dari majalah Manglé, Cupumanik, dan Galura karena majalah tersebut merupakan majalah berbahasa Sunda, yang sampai sekarang ini masih menarik para pembacanya di Jawa Barat dan majalah-majalah tersebut sampai sekarang masih produktif pada masa sekarang ini dibandingkan dengan majalah yang lain. Sedangkan sumber data lisan, diambil dari penelitian sendiri melalui teknik intropeksi dan penulis dapat bertindak sebagai informan dengan mempertimbangkan bahwa penulis penutur asli dari bahasa yang sedang diteliti. Meskipun demikian dalam pelaksanaan pembuatan data-data lisan ini penulis selalu berpedoman kepada kamus bahasa Sunda, hal ini dimaksudkan untuk mengecek sejauh mana kebenaran data yang penulis buat.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar